"Jika kau siap memimpin, apakah kau juga siap untuk tak Rakus?"
Semua orang memang selalu
berkehendak lebih dengan apa yang dia inginkan, bahkan terkadang melebihi
dengan apa yang telah dia kerjakan untuk mencapainya. Bisa dibilang semua itu
masuk dalam kategori munafik. Sebenarnya semua hal yang kita inginkan akan menjadi
sebuah yan luar biasa apabila kita mampu menyukurinya dengan segala kekurangan
yang terkandung dalam kelebihannya. Memang seperti itulah sikap dan sifat
manusia selalu menginginkan lebih dari pencapaiannya, sifat yang telah di
miliki oleh begitu banyak tokoh di dunia yang semestinya telah menjadi contoh
untuk kehidupan sekarang dan akan datang agar menjadi lebih baik, bukan malah
menjadi contoh yang harus di turuti.
Semua memang berasal dari
hati kemudian menuju otak sebagai legeslatif dan anggota badan sebagai
eksekutifnya, walaupun terkadang hati mampu berperan sebagai yudikatif,
yudikatifnya hati terkadang telah di gerogoti oleh tikus-tikus keserakahan hawa
nafsu. Apakah itu sebuah analogi dengan pemerintahan sekarang??? Mungkin akan
saya serahkan kepada para penikmat tulisan saya saja bagaiamana perspektifnya
terhadap analogi tersebut. Karena saya masih berkeyakinan tidak semua orang
memiliki pola fikir yang bersih untuk menyatakan kebenarannya.
Pemerintahan merupakan
sebuah wadah berasas birokrat yang sepertinya menjadi ladang keju bagi para
pelaku keserakahan dari masa-kemasa. Mulai dari jaman kerajaan sampai kejaman
pemerintahan yang memiliki beragam asaz dalam menjalankannya, mualai dari
negara kecil ssampai negara besar, mulai dari negara berkembang sampai negara
maju sekali pun, sifat kerakusan seperti wajib ada untuk menghiasa dunia
pemerintahan.
Indonesia sebuah negara yang
terdiri dari beberapa pulau berasazkan domkratis dalam menjalankan pemerintahan
pun menjadi korban kerakusan mereka yang punya kedudukan. Pertanyaannya
sekarang sejak kapan itu terjadi?? Mungkin semua orang akan bilang tidak tahu
akan hal itu, kenapa?? Karena semua itu hanyalah aib untuk negeri ini dan hanya
membuat ibu pertiwi menangis mengandung badan luka. Begitu banyak kasus-kasus
yang tak terungkap, begitu banyak hal-hal yang seharusnya nyata menjadi tabu
untuk dikupas dan dinyatakan kebenarannya. Sampai kapan semua ini akan
berakhir??
Siapa lagi yang harus
menanggung dosa yang telah terkandung tanah ini, semoga saja akan menjadi
sebuah khayal menakutkan bagi seluruh rakyat bangsa ini untuk pelecut
kembalinya ke masa terbaik penyucian seluruh tubuh ibu pertiwi dimata mereka
yang terlalu fundamental akan kerakusannya. Sekedar harapan memang, namun kalau
bukan saya dan kalian yang merupakan salah satu anak muda yang terlahir dan
menikmati apa yang ibu pertiwi berikan selama hidup kalian. Adakah rasa syukur
untuk sekedar berterima kasih? Adakah sekedar pengorbanan menjaganya yang telah
sekian abad menahan gempuran dan goresan alat-alat pencabik harta anak bangsa
dalam tubuh ibu pertiwi.
Pertanyaan sekarang dari
sekian banyak rezim yang terjadi di Indonesia, mengapa rakyat selalu merasa
masih terasa nyaman dengan rezim orde baru?? Ada apa dengan masa rezim yang di gaungkan oleh Pak harto yang katanya
“the living legend” ini?? Stabilitas sosial dan keamanaan yang terjaga??
Stabilitas pangan terpenuhi?? Atau apa?? Apa yang membuat rakyat seakan ingin
kembali kemasa itu?? Memang saya akui dari beberapa buku yang saya baca pak harto
mempunyai cara merebut hati rakyat sejak sebelum “Kudeta Merangkak” sampai 32
tahun lamanya beliau memimpin, kembali rezim beliau di rindukan. Luar biasa.
Dimasa itulah kerakusan akhirnya beranak pinak menjadi raja diatas kekuasaan,
memoar-memoar kerakusan seakan berkumandang secara diam-diam lewat mulut-mulut
mereka yang punya kuasa, ada indikasi pula pada masa itu mempunyai spirit
kerjanya “jika kau punya kedudukan, maka nikmatilah apapun yang kau inginkan.”
Lalu pertanyaannya, siapa yang tidak mau menjadi pemimpin dimasa itu??
Lalu bagaimana dengan rezim
demokratis yang di Gaungkan Pak SBY?? Ada yang salah dengan rezim beliau??
Sepertinya tidak ada yang salah,tapi entah lah karena saya bukan orang yang
suka dengan dunia politisi yang penu intrik-intrik membangun menjatuhkan lawan
terkadang kawan. Terkadang menurut saya adanya opisisi pemerintahan yang
terjadi dimasa 5 tahun kedua pemerintahan beliau. Kembali menurut saya pak Beye
seakan sekarang melakukan pemerintahan untuk membalas jasa mereka yang dulunya
mampu membantu beliau, kembali lagi menurut saya itu hanya sebuah analisis
pemerintahan yang saya buat.
Dibalik semua rezim itu
sebenarnya apakah pernah rakyat melakukan penagihan janji yang telah
diberikan?? Apakah pernah pemimpin bangsa ini merealisasikan semua amanahnya?? Kembali
kepada hati yang akan bertindak sebagaimana mestinya sebuah lembaga yudikatif
bagi dirinya pribadi. Tak banyak memang dapat seorang pemimpin berikan, namun
berapa banyak kerja nyata baginya demi bangsa ini dan kelangsungan hidup rakyat
yang menghidupinya
.
Sekarang memang bukan
jamannya lagi adu fisik kekuatan, sekarang adalah jamannya beradu
intelektualitas. Siapa yang paling pintar maka dialah yang akan berkuasa, siapa
yang agak bodoh maka bersiaplah menjadi sapi perah tak ada hasil.
“Menjadi Pelayan memang
sedikit rendah, namun tahukah anda menjadi pemimpin sebenarnya tak berbeda
seperti pelayan, tergantung seberapa besar kita memuliakan pekerjaan tersebut”