Selasa, 05 Juli 2011

Republik Barikin

Tak ubahnya seperti nasib jogja sekarang ini, Yang semakin hangat diberitakan bahwa jogja akan membentuk sebuah kedaulatan yang berasaskan republik karena sikap pemerintahan yang seakan-akan ingin menghilangkan keistimewaan jogja. maka begitu pulah nasib sebuah kampung yang tersohor ke pelosok nusantara itu yaitu kampung barikin. Kenapa saya berkata demikian?? Itu semua karena sikap yang di tonjolkan oleh pememerintah daerah Kab. HST selaku  pemilik wilayah. Ya mungkin hanya sebagai pemilik wilayah karena asset seni yang berada di barikin dikembangkan dan diusahakan untuk terus berkembang oleh para seniman itu sendiri tanpa ada campur tangan dari daerah terkait.

Sepertinya sudah saatnya kami  para seniman barikin untuk menagih janji-janji manis pada pemerintahan daerah, atau haruskah kami membuat suatu republic yang berasaskan seni budaya agar semakin melepaskan diri dengan Kab. HST?? Karena sikap pemerintahan yang sekarang ini membuat  kami berusaha  untuk melakukan itu.

Seperti kita ketahui sebelumnya dua tokoh seniman besar kalsel membicarakan permasalahan itu. Saya sewbagai putra daerah puyn merasa sedih karena telah terjadinya sesuatu yang seharusnya tidak harus terjadi, tapi mungkin karena ada sesuatu hal yang menyebabkan itu semua terjadi sekarang ini.

Sudah tidak bisa dipungkiri bahwa desa barikin merupkan desanya para seniman dan bahkan desanya para guru seni yang sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuannya. Tetapi hal itu seakan tak ada artinya bagi pemerintah daerah.

Saya sendiri sebagai putra daerah yang berkuliah di FKIP Sendratasik Unlam Banjarmasin berusaha memajukan dan menjaga kelestarian seni budaya yang ada disana.  Saya selalu berfikir kapan saya bisa membawa nama Kab. HST di kancah seni budaya provinsi maupun nasional, tetapi semua itu sepertinya hanya mimpi indah yang selalu terbesit di fikiran saya. Walaupun saya putrea daerah tapi tak sekalipun saya pernah menjadi salah satu kru atau pun pemain tim kesenian Barabai.



Bukannya minta di hargai atau di panggil pulang tetapi saya hanya berharap semoga seni budaya yang ada di barikin kembali di angkat buaknnya di anak tirikan, ,masih untung di anak tirikan tapi sepertinya ini sudah mulai dilupakan, bahkan Nama desa barikin lebih tersohor  di nusantara daripada di daerah sendiri ibarat kata pepatah itu yaitu Hujan Harta di negeri orang , hujan batu negeri sendiri.

Tak salah memang jika para tetuha adat di barikin melakukan pemboikotan jika kenyataannya memang menyakitkan bagi mereka  yang mengalaminya. Sudah saatnya kami putra daerah dan para seniman muda lainnya  untuk melakukan pergerakan dan kalau terus seperti ini saja akan lebih baik jika kami membangun republic seni barikin.

Sebuah saran dari anak dari seorang seniman barikin yang terbuang di istananya sendiri, marilah kita bergandengan tangan, saling rangkul tanpa saling pukul, saling memahami satu sama lain tanpa adanya kesalahpahaman lagi dalam hal menjaga dan melestarikan Seni budaya yang berada di daerah kita sendiri tanpa ada maksud lain dalamnya.

Namun jika itu tak b isa dilaksanakan maka jangan salahkan kami para seniman muda bergerak dan berada pada barisan terdepan untuk membangun kampong barikin menajdi sebuah republic seni yang berdiri sendiri tanpa kalian para tokoh –tokoh berdasi yang hanya berusaha memnfaat kami secara langsung ataupun tidak langsung.

Sebuah pergerakan yang berlandaskan keadilan dan keingin hak yang sama dengan bidang lain, karena perlu di ingat sebuah seni budaya merupakan jati diri atau cirri khas yang mudah di ingat orang akan suatu daerah. Jika itu dilupakan maka tenggelam lah daerah kita dimata orang- orang yang pernah berkunjung dan hilng kesan pertama saat di daerah kita.



Tulisan esai diatas adalah bentuk kekecewaan saya ketika kampung halaman yang telah membesarkan saya dengan tanah air dan segala yang ada disana sudah tak di anggap integritasnya sebagai kampung senibudaya Banjar. Esai ini juga pernah di terbitkan di salah satu koran berita kalimantan selatan yaitu Media Kalimantan.

Ya mungkin hanya sebuah tulisan, tapi sungguh saya menulis ini dengan persaan yang sangat marah terhadap pemerintahan daerah saya.

Maaf tak ada maksud apapun, saya hanya inginkan Hak daerha saya kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar