Rabu, 13 Maret 2013

Rakus (not Racun Tikus)



 "Jika kau siap memimpin, apakah kau juga siap untuk tak Rakus?"
 
Semua orang memang selalu berkehendak lebih dengan apa yang dia inginkan, bahkan terkadang melebihi dengan apa yang telah dia kerjakan untuk mencapainya. Bisa dibilang semua itu masuk dalam kategori munafik. Sebenarnya semua hal yang kita inginkan akan menjadi sebuah yan luar biasa apabila kita mampu menyukurinya dengan segala kekurangan yang terkandung dalam kelebihannya. Memang seperti itulah sikap dan sifat manusia selalu menginginkan lebih dari pencapaiannya, sifat yang telah di miliki oleh begitu banyak tokoh di dunia yang semestinya telah menjadi contoh untuk kehidupan sekarang dan akan datang agar menjadi lebih baik, bukan malah menjadi contoh yang harus di turuti.

Semua memang berasal dari hati kemudian menuju otak sebagai legeslatif dan anggota badan sebagai eksekutifnya, walaupun terkadang hati mampu berperan sebagai yudikatif, yudikatifnya hati terkadang telah di gerogoti oleh tikus-tikus keserakahan hawa nafsu. Apakah itu sebuah analogi dengan pemerintahan sekarang??? Mungkin akan saya serahkan kepada para penikmat tulisan saya saja bagaiamana perspektifnya terhadap analogi tersebut. Karena saya masih berkeyakinan tidak semua orang memiliki pola fikir yang bersih untuk menyatakan kebenarannya.

Pemerintahan merupakan sebuah wadah berasas birokrat yang sepertinya menjadi ladang keju bagi para pelaku keserakahan dari masa-kemasa. Mulai dari jaman kerajaan sampai kejaman pemerintahan yang memiliki beragam asaz dalam menjalankannya, mualai dari negara kecil ssampai negara besar, mulai dari negara berkembang sampai negara maju sekali pun, sifat kerakusan seperti wajib ada untuk menghiasa dunia pemerintahan.

Indonesia sebuah negara yang terdiri dari beberapa pulau berasazkan domkratis dalam menjalankan pemerintahan pun menjadi korban kerakusan mereka yang punya kedudukan. Pertanyaannya sekarang sejak kapan itu terjadi?? Mungkin semua orang akan bilang tidak tahu akan hal itu, kenapa?? Karena semua itu hanyalah aib untuk negeri ini dan hanya membuat ibu pertiwi menangis mengandung badan luka. Begitu banyak kasus-kasus yang tak terungkap, begitu banyak hal-hal yang seharusnya nyata menjadi tabu untuk dikupas dan dinyatakan kebenarannya. Sampai kapan semua ini akan berakhir?? 

Siapa lagi yang harus menanggung dosa yang telah terkandung tanah ini, semoga saja akan menjadi sebuah khayal menakutkan bagi seluruh rakyat bangsa ini untuk pelecut kembalinya ke masa terbaik penyucian seluruh tubuh ibu pertiwi dimata mereka yang terlalu fundamental akan kerakusannya. Sekedar harapan memang, namun kalau bukan saya dan kalian yang merupakan salah satu anak muda yang terlahir dan menikmati apa yang ibu pertiwi berikan selama hidup kalian. Adakah rasa syukur untuk sekedar berterima kasih? Adakah sekedar pengorbanan menjaganya yang telah sekian abad menahan gempuran dan goresan alat-alat pencabik harta anak bangsa dalam tubuh ibu pertiwi.

Pertanyaan sekarang dari sekian banyak rezim yang terjadi di Indonesia, mengapa rakyat selalu merasa masih terasa nyaman dengan rezim orde baru?? Ada apa dengan masa rezim  yang di gaungkan oleh Pak harto yang katanya “the living legend” ini?? Stabilitas sosial dan keamanaan yang terjaga?? Stabilitas pangan terpenuhi?? Atau apa?? Apa yang membuat rakyat seakan ingin kembali kemasa itu?? Memang saya akui dari beberapa buku yang saya baca pak harto mempunyai cara merebut hati rakyat sejak sebelum “Kudeta Merangkak” sampai 32 tahun lamanya beliau memimpin, kembali rezim beliau di rindukan. Luar biasa. Dimasa itulah kerakusan akhirnya beranak pinak menjadi raja diatas kekuasaan, memoar-memoar kerakusan seakan berkumandang secara diam-diam lewat mulut-mulut mereka yang punya kuasa, ada indikasi pula pada masa itu mempunyai spirit kerjanya “jika kau punya kedudukan, maka nikmatilah apapun yang kau inginkan.” Lalu pertanyaannya, siapa yang tidak mau menjadi pemimpin dimasa itu?? 

Lalu bagaimana dengan rezim demokratis yang di Gaungkan Pak SBY?? Ada yang salah dengan rezim beliau?? Sepertinya tidak ada yang salah,tapi entah lah karena saya bukan orang yang suka dengan dunia politisi yang penu intrik-intrik membangun menjatuhkan lawan terkadang kawan. Terkadang menurut saya adanya opisisi pemerintahan yang terjadi dimasa 5 tahun kedua pemerintahan beliau. Kembali menurut saya pak Beye seakan sekarang melakukan pemerintahan untuk membalas jasa mereka yang dulunya mampu membantu beliau, kembali lagi menurut saya itu hanya sebuah analisis pemerintahan yang saya buat.

Dibalik semua rezim itu sebenarnya apakah pernah rakyat melakukan penagihan janji yang telah diberikan?? Apakah pernah pemimpin bangsa ini merealisasikan semua amanahnya?? Kembali kepada hati yang akan bertindak sebagaimana mestinya sebuah lembaga yudikatif bagi dirinya pribadi. Tak banyak memang dapat seorang pemimpin berikan, namun berapa banyak kerja nyata baginya demi bangsa ini dan kelangsungan hidup rakyat yang menghidupinya
.
Sekarang memang bukan jamannya lagi adu fisik kekuatan, sekarang adalah jamannya beradu intelektualitas. Siapa yang paling pintar maka dialah yang akan berkuasa, siapa yang agak bodoh maka bersiaplah menjadi sapi perah tak ada hasil.

“Menjadi Pelayan memang sedikit rendah, namun tahukah anda menjadi pemimpin sebenarnya tak berbeda seperti pelayan, tergantung seberapa besar kita memuliakan pekerjaan tersebut”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar